Jumat, 03 Juni 2011

KUKU, SIMBOL AGRESIVITAS

A. Latar Belakang
Manusia dilahirkan keduania dianugerahi dengan kesempurnaan yang melebihi mahluk lain. Dari bentuk fisik yang indah, fikiran cemerlang dan perasaan yang lembut, menjadikan manusia berupaya mendinamisasikan dan memoles dirinya dengan berbagai asesories yang berupa seperangkat penutup tubuh dan seperangkat perhiasan lain buatan manusia. Asesories ini bukan bawaan manusia sejak lahir dan bertujuan demi kesempurnaan dan eksistensinya.
Sedangkan asesories yang berasal dari bawaan sejak lahir, tentu memiliki fungsi yang tidak hanya menciptakan kesempurnaan, namun juga keindahan. Seperti penciptaan rambut, daun telinga dan kuku. Rambut berfungsi untuk melindungi tempat yang dinilai sensitive terhadap stimuli, daun telinga untuk menangkap asal suara agar bias didengar, dan kuku berfungsi untuk menopang ujung jari yang lemah, agar jika digunakan untuk mengambil sesuatu mudah dicengkeram.
Mahluk lain yang diciptakan dan memiliki asesories bawaan sejak lahir adalah hewan atau binatang. Penciptaan binatang dengan ragam asesories yang dimilikipun dimaksudkan untuk kesempurnaan binatang tersebut dalam mempertahankan hidupnya. Seperti ekor untuk menjaga keseimbangan tubuh, taring untuk mencacah daging magsanya dan kuku untuk mencabik mangsa agar tidak berdaya.
Berbicara tentang binatang yang berkuku, fikiran kita biasanya tertuju pada binatang buas dengan agresivitas tinggi untuk meraih ambisinya yakni membunuh untuk makan. Karena hanya dengan cara demikianlah binatang buas yang berkuku tajam ini berupaya mempertahankan hidupnya. Tetapi binatang lain yang menjadi mangsanya hamper dipastikan bukan dari jenis atau sesamanya.

B. Permasalahan
Dari latar belakang tersebut diatas muncul permasalahan dalam fikiran kita, selain sebagai kesempurnaan hidup, apakah kuku manusia merupakan cermin atau simbol dari agresivitas ?

C. Pembahasan
Keberadaan kuku bagi binatang yang tidak buas, adalah untuk mempertahankan diri jika terusik oleh faktor eksternal yang mengancam dirinya, seperti menyepak ataupun melarikan diri. Hal ini sudah menjadi hukum alam yang selamanya pasti, atau tidak berubah.
Lain halnya dengan binatang buas, dengan kuku dan taring yang dimiliki, bukan hanya digunakan mempertahankan diri, tapi juga mempertahankan untuk hidup dengan cara membunuh. Karena dengan cara mempertaruhkan nyawa mahluk lain binatang buas ini akan dapat melangsungkan hidupnya.
Kehidupan binatang yang mempertahankan hidup dengan cara memanfaatkan kuku dan taringnya, dipastikan memiliki sifat agresif yang lebih jika dibandingkan dengan binatang yang tidak menggunakan kuku untuk bertahan hidup. Agresivitas binatang ini juga diimbangi dengan kekuatan fisik yang melampaui binatang lain.
Jika kuku binatang merupakan simbol dari agresivitas, bagaimana dengan kuku yang dimiliki manusia sejak lahir ?.
Dalam Ensiklopedia Psikologi Sosial (Manstead dan Hewstone.1966) dikatakan bahwa agresi adalah segala bentuk perilaku yang disengaja terhadap mahluk lain dengan tujuan untuk melukainya dan pihak yang hendak dilukai berusaha menghindarinya. Sehingga dalam agresi ditemukan adanya faktor-faktor seperti perilaku, unsur kesengajaan, niat untuk melukai dan penghindaran dari yang hendak dilukai atau calon korban.
Selanjutnya dalam sebuah Teori Insting yang dikemukakan oleh Sigmund Freud, agresivitas dilandasi oleh kekuatan yang disebut Death Instinct (insting mati) yang dimiliki oleh setiap mahluk. Teori ini mengemukakan bahwa insting tidak setiap saat muncul, sebab dalam keadaan biasa manusia akan menggunakan insting hidupnya. Namun dalam kondisi tertentu akan muncul insting mati.
Agresivitas pada manusia tidak dapat diidentikkan dengan agresivitas binatang, karena agresivitas pada binatang dimaksudkan untuk membunuh demi mempertahankan hidup, namun agresivitas pada manusia dimaksudkan untuk menguasai manusia lain, baik dengan cara formal maupun informal. Dengan cara formal misalnya melalui pemilihan umum presiden maupun kepala daerah dibawahnya, sedangkan cara informal yang dilakukan adalah melalui penggalangan massa (konstituen).
Selain itu, agresivitas manusia juga memiliki latar belakang yang beragam, antara lain :
1. Kecenderungan internal,
yaitu bahwa agresi lebih banyak dipengaruhi oleh faktor internal pelaku (insting berkelahi dan berkuasa)
2. Kondisi aversif,
yaitu,keadaan yang tidak menyenangkan dan ingin dihindari oleh seseorang. Dengan kondisi ini orang akan mencoba membuat keseimbangan dengan cara merubah situasi.
3. Karakteristik individu,
yaitu stimulus dari beberapa faktor akan memperkuat potensi dalam diri individu yang kemudian memunculkan perilaku agresif.

D. Kesimpulan
Dari uraian dan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa agresivitas merupakan bentuk perilaku yang didalamnya mengandung 4 (empat) masalah pokok yakni :
1. Perilaku, yaitu dalam agresi terdapat segala aspek perilaku terutama emosional.
2. Adanya kesengajaan, seseorang yang agresif dalam melakukan aksinya diawali dengan niat yang sangat dimungkinkan muncul adanya perencanaan terlebih dahulu.
3. Sasaran, objek sasaran agresivitas ini adalah manusia.
4. Adanya usaha untuk menghindar dari calon korban.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar